Sabtu, 24 Januari 2009

Indonesia Bangkit, Deklarasi Modus Lama

Bukan ingin latah dengan kontes calon artis berbakat, yang marak digelar beberapa waktu belakangan. Ruang serba guna Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Rabu pekan lalu, disulap bak "kontes ajang pemilihan calon artis berbakat".Jakarta, Koran Radar
Hanya saja, kali ini bukan calon artis yang berjejer di atas pangung. Melainkan belasan tokoh nasional. Tampak mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, mantan Ketua MPR Amien Rais, mantan Ketua DPR Akbar Tandjung, mantan Panglima TNI Wiranto, mantan Ketua Muhammadiyah Syafii Maarif, dan politikus PDIP Taufiq Kiemas.

Rizal Ramli, si penggagas deklarasi, terlihat sumringah. Tidak henti-hentinya ekonom yang meraih gelar doktor di bidang ekonomi dari Boston University, Amerika Serikat, ini menebarkan senyum kepada 100 lebih undangan yang hadir. Rizal bukan hanya berhasil menghadirkan tokoh-tokoh nasional generasi tua. Ia mampu pula menghadirkan tokoh-tokoh muda, seperti Khofifah Indar Parawansa, Yudi Latif, Drajad Wibowo, Rico Marbun, dan Yenny Wahid.

Usai acara seremonial pembukaan, si pemilik "hajatan" menyampaikan pidato bertajuk "Jalan Baru Kebangkitan Indonesia". Berulang kali kata kebangkitan muncul dalam pidato setebal sembilan halaman itu. Bisa dimaklumi, karena ini adalah acara deklarasi Komite Indonesia Bangkit. "Penyebab utama mengapa Indonesia tidak pernah bangkit, walaupun telah memiliki kemerdekaan dan kebebasan politik, adalah karakter feodal para pemimpin," ujar Menko Ekuin di masa Presiden KH Abdurrahman Wahid itu ketika menyampaikan pidato.

Kepada Gatra, Rizal mengungkapkan bahwa Komite Indonesia Bangkit lahir dari rasa prihatin. Rizal menilai kondisi bangsa Indonesia masih terpuruk. Padahal, semangat kebangkitan nasional dicetuskan sejak tahun 1908 atau hampir 100 tahun lalu. Bahkan secara politik Indonesia sudah merdeka, ditandai dengan proklamasi pada 17 Agustus 1945. "Kita sudah lama mendapatkan freedom, tapi kok mayoritas rakyat Indonesia belum bangkit dan sejahtera. Ini pasti ada yang salah," kata Rizal.

Lewat komite, lanjut Rizal, ia mencoba menawarkan solusi agar Indonesia bisa bangkit. Caranya, orang Indonesia mesti berubah. Orang Indonesia harus mencari jalan baru. "Komite ingin memperjuangkan jalan baru, jalan yang anti-neokolonialisme, jalan yang lebih mandiri, yang akan membawa kemakmuran untuk mayoritas rakyat Indonesia," ujar Rizal dengan nada penuh retorika.

Untuk mewujudkan gagasannya, Rizal menggandeng sejumlah tokoh nasional, mulai generasi tua hingga generasi muda. Meski awalnya sejumlah rekan Rizal merasa ragu, toh akhirnya mereka dapat diyakinkan. Beberapa tokoh nasional yang dihubungi menyatakan kesediaannya bergabung dalam komite. "Mungkin karena saya punya hubungan lama dengan para tokoh itu. Bisa juga karena apa yang dilakukan adalah sebuah niatan baik," papar Rizal.

Yudi Latif adalah salah satu generasi muda yang digandeng. "Saya berharap, komite bisa menjadi alternatif atas kemacetan visioner yang melanda partai politik mainstream pada saat ini." kata Yudi, mengungkap alasan keterlibatannya dalam komite. "Pada saat ini, secara ekonomi tidak ada perubahan. Karena itu, saya mendukung komite untuk melakukan perubahan," kata Fuad Bawazier, yang juga ikut hadir dalam deklarasi.

Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat, Syarief Hasan, menyangkal argumen yang menyebut negara dalam kondisi terpuruk dan tidak ada perubahan. Di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Syarief menambahkan, telah terjadi sejumlah perbaikan. "Angka kemiskinan menurun. Peluang kerja bertambah. Indonesia bebas dari utang IMF. Ini indikator bahwa Indonesia telah berubah dan bangkit," kata Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR itu.

Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit, menilai deklarasi komite adalah modus lama, yang muncul pada setiap peringatan hari besar nasional. Deklarasi komite tidak lebih dari gerakan moral. Kalaupun kepengurusannya dibentuk, tidak akan ada hasil kongkret. "Saya yakin, deklarasi ini tidak akan berumur panjang, hanya dalam hitungan minggu. Paling lama hitungan bulan," ujarnya. Arbi memprediksi, menjelang Pemilu 2009, akan banyak bermunculan deklarasi serupa. "Hanya saja, tema yang diusung bisa berbeda-beda, tergantung tokoh penggagasnya," ucap Arbi.

sumber: Gatra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar